🐴 Kunjungan Rumah Ibu Hamil
Seorangbidan melakukan kunjungan rumah ibu hamil, ibu mengatakan mengeluarkan darah banyak dari jalan lahir berwarna merah segar. Hasil pemeriksaan hamil 28 minggu, TFU 3 jari diatas pusat, DJJ 110x/menit. Kemudian bidan melakukan rujukan. Sebagai apakah peran dan tanggung jawab bidan tersebut ?
divideokali ini saya mempraktek pemeriksaan fisik pada kunjuagan rumah ibu kalian yang belum subscriber disubscriber dulu ya#apolonia koro
Berdasarkandata Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan sepanjang Maret 2020 berjumlah 6.551 orang. Sementara di bulan berikutnya sebanyak 6.400 orang. Petugas Puskesmas juga melakukan kunjungan rumah di masing-masing kecamatan terhadap ibu hamil dan bayi kategori risiko tinggi.
Sabtu 26 Juni 2021 . Telah selesai dilaksanakan kegiatan kunjungan rumah oleh Kader Pembangunan Manusia. Dalam kegiatan ini Kader KPM mendapati ada warga yang memiliki balita umur 19 bulan dengan berat badan 8,5Kg dan belum bisa berjalan dan keadaan ibu sedang hamil sekitar 5 bulan.
KESIMPULANDAN SARAN • Kesimpulan Jadwal kunjungan rumah bagi ibu post partum mengacu pada kebijakan teknis pemerintah, yaitu 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu post partum. Dari pemenuhan target pertemuan antara bidan dengan pasien sangat bervariasi, dapat dilakukan dengan mengunjungi rumah pasien atau pasien datang ke bidan atau RS ketika
Kegiatankunjungan Bidan ke rumah ibu hamil dalam rangka untuk membantu ibu, suami dan keluarganya membuat perencanan persalinan dan pencegahan komplikasi. Disamping itu untuk memfasilitasi ibu nifas dan suaminya dalam memutuskan penggunaan alat/obat kontrasepsi setrelah persalinan sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama
Apabilaibu sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia. Jadwal kunjungan rumah paling sedikit dilakukan 4x, yaitu diantaranya : 1. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan) Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu
PemberianTTD kepada setiap ibu hamil kepda ibu hamil pada saat kunjungan ANC adalah salah satu dari • TTD diberikan oleh bidan dan petugas gizi saat melakukankunjungan rumah. Ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan perlu dikunjungi oleh . 15 petugas kesehatan untuk konfirmasi dan pemberian motivasi. - TTD dapat diberikan
Halini dikeluhkan oleh oleh perempuan hamil di berbagai daerah, salah satunya pada ibu hamil di Surabaya. Walaupun Surabaya membuat program pemeriksaan rapid gratis, namun pemeriksaan gratis ini
. Menurut Depkes RI 2005, kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi dalam beberapa tahap, seperti Kunjungan baru ibu hamil K1 Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I, di mana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu. Kunjungan ibu hamil yang keempat K4 Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester III, di mana usia kehamilan > 24 minggu. Selanjutnya menurut Depkes RI 2009, kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut Minimal 1 kali pada trimester pertama K1, usia kehamilan 1 sampai 12 minggu. Minimal 1 kali pada trimester kedua, usia kehamilan 13 sampai 24 minggu. Minimal 2 kali pada trimester ketiga, usia kehamilan > 24 minggu. Menurut Manuaba 1998, jadwal pemeriksaan antenatal adalah sebagai berikut Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid. Pemeriksaan ulang; 1 Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan, 2 Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan, 3 Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.
KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH A. PENDAHULUAN Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarga dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu diperhatikan bahwa sasaran langsung pelayanan adalah ibu dan janin serta bayi baru lahir. Pelaksanaan pelayanan KIA mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan konseling terhadap ibu hamil serta keluarganya agar ibu hamil dapat melalui kehamilannya dengan sehat dan selamat B. LATAR BELAKANG Sebagian ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilan karena beberapa alasan. Mereka perlu dikunjungi ke rumahnya sejak kehamilan muda dan terutama sejak umur kehamilannya 34-36 minggu. Oleh karena itu, banyak ibu hamil resiko tinggi yang tidak terdeteksi oleh tenaga kesehatan. C. TUJUAN - Mengetahui identitas pasien dan keluarga serta perilaku kehidupan sehari-hari - Mengetahui secara dini riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu - Mengetahui umur kehamilan, supaya dapat mengetahui perkiraan persalinan - Mengenali sejak dini faktor resiko dan resiko tinggi - Memberikan konseling pada ibu serta keluarga tentang keadaan kehamilannya - Memotivasi ibu supaya merencanakan pertolongan persalinanya dengan tenaga kesehatan D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIANNYA - Anamnesis - Pemeriksaan Fisik - Pemberian pelayanan sesuai dengan kebutuhan - Pencatatan hasil pelayanan Antenatal Care - Memberikan pelayanan tindak lanjut - Menentukan faktor resiko ibu hamil E. CARA PELAKSANAAN - Kegiatan pemeriksaan bumil di rumah ibu hamil - Kegiatan di luar gedung dilaksanakan pada waktu yang ditentukan - Kunjungan rumah Bumil Resti dilakukan oleh Bidan desa, pemegang wilayah setempat. F. SASARAN Bumil dari umur 0 minggu – 40 minggu yang beresiko tinggi. G. JADWAL kunjungan rumah ditentukan oleh Bidan Desa pemegang wilayah. H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Sasaran terlayani dengan baik, target persalinan oleh tenaga kesehatan, kunjungan rumah bumil resti dapat tercapai, cakupan target bumil terpenuhi. I. PENCATATAN DAN PELAPORAN Dilaksanakan sesuai dengan prosedur pelaksanaan pada bumil resti. J. Dokumen Terkait - Format laporan bulanan - Buku rekapan Bidan - Buku KIA KUNJUNGAN RUMAH IBU HAMIL RESTI UPTD Puskesmas Lampung Timur Sri Bhawono Nomor 000/ /pkm-2101 / / 2016 SOP Terbitke - - u Halaman DitetapkanKepala 1 TTD, UPTD Puskesmas Sri Bhawono Nam Suwanto, SKM., a 19730402 NIP 199703 1 004 1 Pengertian Kunjungan rumah kepada ibu hamil resiko tinggi sejak kehamilan muda dan terutama sejak umur kehamilannya 34-36 minggu. 2 Tujuan Deteksi oleh tenaga kesehatan pada ibu hamil resiko tinggi sehingga dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik, melahirkan bayi yang sehat dan memperoleh kesehatan yang optimal. Serta untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi. 3 Kebijakan SK Ka UPTD tentang kunjungan rumah ibu hamil resti 4 Referensi Buku KIA 5 Langkah- Alat dan bahan langkah/ Prosedur 1. 2. 3. 4. 5. Alat tulis Buku kohort ibu Buku kohort bayi Dopler / leanec Metline 6. Pita pengukur LILA 7. Tensi meter 8. Stetoskope Persiapan 1. Petugas mempersiapkan alat dan bahan 2. Mendata Ibu hamil Resti Pelaksanaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kunjungan ke rumah ibu hamil resti Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemberian pelayanan sesuai kebutuhan Pencatatan hasil pelayanan antenatal care Memberikan pelayanan tindak lanjut sesuai dengan resiko ibu hamil 7. Konseling 8. Pencatatan dan pelaporan 6 Unit Terkait Kader kesehatan, Bidan, dokter Kerangka Acuan Ibu Nifas A. Pendahuluan Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarga dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu diperhatikan bahwa sasaran langsung pelayanan adalah ibu dan janin serta bayi baru lahir. Salah satu tugas pelaksana pelayanan KIA yaitu untuk melakukan pemeriksaan ibu dan bayinya selama masa nifas. Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah 6 jam setelah persalinan. Selanjutnya diperlukan 3 kali pemeriksaan nifas, yaitu pada hari ke-3, ke-14, ke-40 setelah persalinan. Dengan tujuan supaya kesehatan ibu dan bayi tetap terkontrol dan bisa mengetahui tanda bahaya yang mungkin timbul dan apa yang perlu dilakukan bila hal tertebut terjadi. B. LATAR BELAKANG Masa nifas, yang berlangsung selama 6 minggu setelah persalinan, merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi. Sekitar 60 % kematian ibu terjadi segera setelah lahir, dan hampir 50 % dari kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama setelah persalinan. Hal ini tidak berbeda pada bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu pertama setelah kelahiran. Pemantauan ketat, perawatan ibu dan bayi, serta konseling oleh Bidan akan sangat membantu dalam mencegah kematian tersebut TUJUAN 6 jam pertama setelah persalinanv Menilai perdarahan§ Memeriksa bayi untuk pertama kali§ Mengajarkan pada ibu dan keluarga tentang kebutuhan bayi§ Memastikan bayi tetap hangat dan diberi ASI§ 3 hari setelah persalinanv Menilai infeksi dan perdarahan§ Memberitahu ibu tentang tanda bahaya dan cara perawatan dirinya.§ Menganjurkan ibu untuk minum tablet tambah darah sampai 40 hari setelah persalinan.§ Kunjungan pada minggu keduav Memeriksa involusi uterus§ Memeriksa keadaan bayi§ Memberi penjelasan kepada ibu cara merawat diri dan bayinya selama sisa masa nifas, termasuk KB dan pencegahan infeksi saluran reproduksi.§ Minggu keenamv Mengenali tanda bahaya, bila ada.§ Membahas KB, menyusui bayi dengan ASI, dan perawatan bayi selanjutnya.§ KEGIATAN POKOK DAN RINCIANNYA Anamnesis - Pemeriksaan Fisik - Pemberian pelayanan sesuai dengan kebutuhan - Menentukan tindakan yang tepat - Mencatat hasil pelayanan E. CARA PELAKSANAA Kegiatan pemeriksaan ibu nifas di gedung dilaksanakan di ruang KIA Puskesmas Kalimas - Kegiatan di luar gedung dilaksanakan pada waktu yang ditentukan - Kunjungan rumah pada ibu nifas dilakukan oleh Bidan desa, pemegang wilayah setempat. F. SASARAN Bagi ibu dan bayi selama masa nifas, yaitu 40 hari setelah persalinan. G. JADWAL - Di dalam gedung setiap hari kerja di Ruang KIA Puskesmas Kalimas - Di luar gedung, setiap kegiatan Posyandu di kunjungan desa dan kunjungan rumah di tentukan oleh Bidan Desa pemegang wilayah. H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Sasaran terlayani dengan baik, tanda bahaya pada masa nifas dapat segera ditangani, cakupan target ibu nifas terpenuhi. I. PENCATATAN DAN PELAPORAN Dilaksanakan sesuai dengan prosedur pelaksanaan pada ibu nifas KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI 1. Latar Belakang Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan belahan jiwa. Setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi. Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk dilakukan. Waktu, tenaga dan dana yang besar diberikan untuk melakukan persiapan pernikahan. Namun seringkali ada yang luput dari list persiapan pra nikah. Selain persiapan pesta pernikahan, sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan diri untuk menghadapi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya. Pernikahan tidak semudah apa yang diceritakan oleh cerita-cerita dongeng putri ketika masih kecil. Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga harus diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan kesehatan pasangan. Tidak hanya sehat secara fisik yang harus diperhatikan namun juga sehat menurut definisi yang luas. Berdasarkan definisi sehat menurut Badan Kesehatan Dunia WHO adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan. Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua. Pernikahan yang bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa. Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan. Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung. Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada masalah maka pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.. 2. Kegiatan Yang Dilaksanakan Uraian Kegiatan Kegiatan dilakukan dengan mengadakan penyuluhan kesehatan reproduksi kepada pasangan calon pengantin di KUA Kecamatan Pontianak Timur. 3. Tujuan Tujuan kegiatan penyuluhan kesehatan Reproduksi, yaitu untuk memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada pasangan calon pengantin mengenai Imunisasi TT, Kehamilan, Keluarga Berencana dan Penyakit Infeksi Menular Seksual. 4. Indikator Keluaran dan Hasil a. Indikator Keluaran Banyaknya pasangan calon pengantin yang hadir pada kegiatan penyuluhan tersebut. b. Indikator Hasil Meningkatnya pengetahuan pasangan calon pengantin tentang Imunisasi TT, kehamilan, Keluarga Berencana dan Penyakit Infeksi Menular Seksual. 5. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan dengan cara penyuluhan Kesehatan Reproduksi dengan cara ceramah, diskusi, serta tanya jawab. 6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan di gedung KUA Kecamatan Pontianak Timur. 7. Pelaksana Pelaksanan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan oleh 2 dua orang petugas. 8. Jadwal dan Biaya Kegiatan a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Dilaksanakan pada setiap hari Rabu setiap minggunya. b. Biaya Pelaksanaan Kegiatan Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan ini yaitu KAK KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN NEONATAL RESTI A. PENDAHULUAN Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaikbaiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik. B. LATAR BELAKANG Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil. Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya sebagai berikut 1. BBLR 2. asfiksia neonatorum 3. sindrom, gangguan pernafasan 4. ikterus 5. perdarahan tali pusat 6. kejang 7. hypotermi 8. hypertermi 9. hypoglikemi 10 tetanus neonatorum C. Tujuan Tujuan Umum Kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pemantauan bayi dengan resiko tinggi , menilai dan meningkatkan kemampuan ibu dan keluarga dalam merawat bayi dengan resiko tinggi sehingga bayi mendapatkan perawatan dengan Optimal. Tujuan Khusus 1. Menurunkan angka kematian bayi dan balita 2. Ibu dan keluarga menjadi trampil merawat bayi D. Keluaran yang diharapkan Indikator Keluaran Menurunnya Angka kematian bayi di kecamatan jangkar dan seluruh bayi dengan komplikasi mendapatkan pelayanan Tenaga Kesehatan sesuai target MDGs Keluaran Laporan hasil kegiatan pentauan bayi dengan resiko tinggi E. Cara Pelaksanaan Kegiatan a. Metode Pelaksanaan - Penemuan Kasus - Pemantauan - KIE keluarga tentang tata cara perawatan bayi b. Tahapan kegiatan - Persiapan sasaran - Pelaksanaan Kegiatan - Pelaporan F. SASARAN Bayi dengan resiko tinggi G. JADWAL PELAKSANAAN BULAN...............2016 H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi dilakukan oleh ketua tim PMKP terhadap pelaksanaan kegiatan dimana hal yang dievaluasi adalah ketepatan waktu, baik pembukaan, pengisian materi maupun penutupan dan partisipasi peserta workshop yang tercermin dalam diskusi yang aktif. I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN - Pencatatan dilakukan oleh notulen terhadap pelaksanaan workshop Laporan pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan palinglambat 1 minggu setelah kegiatan dilaksanakan. J. Biaya Biaya kegiatan ini akan dibebankan pada DIPA TP BOK tahun 2015 Satker Dinas Kesehatan Ka
 Angka kematian ibu AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan Kemenkes, 2014. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu Kemenkes RI, 2015. Pengenalan kemungkinan terjadinya tanda bahaya kehamilan harus secara dini dan ditangani dengan benar oleh kader Apabila kader kesehatan kurang mampu melakukan deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan, maka akan terjadi komplikasi lanjut yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi Rochjati, 2003 dalam Palupi 2013. Kader hendaknya lebih memahami penggunaan buku KIA. Buku KIA yang harus diisi yaitu penulisan skor deteksi dini, apabila skor ini tidak terisi dengan baik, kemungkinan ibu yang memiliki faktor resiko akan memiliki komplikasi pada masa persalinan dan nifasnya. Sehingga diperlukan pemahaman terkait dengan petunjuk teknis pengisian buku tersebut Utami, 2010.Tujuan dalam pengabdian masyarakat ini adalah Melakukan pelatihan pada kader, selanjutnya akan dilakukan pembinaan dan pendampingan pada kader saat melakukan deteksi dini kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil di Kelurahan Mojolangu. Metode yang digunakan adalah Dilakukan pelatihan tentang kehamilan resiko tinggi, cara Pengisian Kartu Skor Poedji Rohjati KSPR, Buku KIA. Pada akhir pelatihan akan dilakukan evaluasi terhadap proses pelatihan serta keberhasilan pelatihan. Tahap ketiga adalah dilakukan pendampingan terhadap kader ibu hamil oleh tim pengabdi dengan melakukan kunjungan rumah ibu hamil untuk melakukan deteksi dini resiko tinggi kehamilan dengan cara mengisi yang didapatkan adalah Telah dilakukan Pelatihan bagi kader ibu hamil tentang cara deteksi dini resiko tinggi kehamilan dengan menggunakan KSPR Kartu Skor Poedji Rohjati. Pendampingan ibu hamil dengan kunjungan rumah oleh kader sudah dilakukan. Pemberian edukasi tentang kehamilan oleh kader untuk ibu hamil dan keluarga. Tersedianya sarana dan prasarana yang digunakan dalam pendampingan ibu hamil oleh kader yaitu kunci Kader, Deteksi Dini, Kehamilan Resiko Tinggi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Vol. 6, No. 1, June 2021 E-ISSN 2503-1112 P-ISSN 2503-1031 DOI OPEN ACCESS © 2021. Ervin Rufaindah Creative Commons Attribution International License 66 Pelatihan, Pembinaan dan Pendampingan Kader Ibu Hamil dalam Melakukan Deteksi Dini Risiko Tinggi Kehamilan di Kelurahan Mojolangu Kota Malang Training, Development and Assistance of Pregnant Women Cadres in Carrying Out Early Detection of High Risk Pregnancy at Mojolangu Village, Malang City Ervin Rufaindah 1* 1 STIKES Widyagama Husada * ervinrufaindah ABSTRAK Angka kematian ibu AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu. Pengenalan kemungkinan terjadinya tanda bahaya kehamilan harus secara dini dan ditangani dengan benar oleh kader kesehatan. Apabila kader kesehatan kurang mampu melakukan deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan, maka akan terjadi komplikasi lanjut yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi. Kader hendaknya lebih memahami penggunaan buku KIA. Buku KIA yang harus diisi yaitu penulisan skor deteksi dini, apabila skor ini tidak terisi dengan baik, kemungkinan ibu yang memiliki faktor resiko akan memiliki komplikasi pada masa persalinan dan nifasnya. Sehingga diperlukan pemahaman terkait dengan petunjuk teknis pengisian buku tersebut Utami, 2010.Tujuan dalam pengabdian masyarakat ini adalah Melakukan pelatihan pada kader, selanjutnya akan dilakukan pembinaan dan pendampingan pada kader saat melakukan deteksi dini kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil di Kelurahan Mojolangu. Metode yang digunakan adalah Dilakukan pelatihan tentang kehamilan resiko tinggi, cara Pengisian Kartu Skor Poedji Rohjati KSPR, Buku KIA. Pada akhir pelatihan akan dilakukan evaluasi terhadap proses pelatihan serta keberhasilan pelatihan. Tahap ketiga adalah dilakukan pendampingan terhadap kader ibu hamil oleh tim pengabdi dengan melakukan kunjungan rumah ibu hamil untuk melakukan deteksi dini resiko tinggi kehamilan dengan cara mengisi yang didapatkan adalah Telah dilakukan Pelatihan bagi kader ibu hamil tentang cara deteksi dini resiko tinggi kehamilan dengan menggunakan KSPR Kartu Skor Poedji Rohjati. Pendampingan ibu hamil dengan kunjungan rumah oleh kader sudah dilakukan. Pemberian edukasi tentang kehamilan oleh kader untuk ibu hamil dan keluarga. Tersedianya sarana dan prasarana yang digunakan dalam pendampingan ibu hamil oleh kader yaitu modul. Kata kunci — Kader, Deteksi Dini, Kehamilan Resiko Tinggi ABSTRACT Maternal mortality rate MMR is one indicator to see the health status of women. The main causes of maternal death are hypertension in pregnancy and postpartum hemorrhage. This cause can be minimized if the quality of Antenatal Care is implemented properly. Some conditions that can cause unhealthy conditions for pregnant women include handling complications, anemia, pregnant women suffering from diabetes, hypertension, malaria, and four too. Recognizing the possibility of pregnancy danger signs must be early and properly handled by health cadres. If health cadres are not able to carry out early detection of pregnancy complications, further complications will occur which will result in maternal and infant mortality. Cadres should better understand the use of the MCH handbook. The MCH handbook that must be filled in is writing an early detection score, if this score is not filled out properly, it is likely that mothers who have risk factors will have complications during childbirth and postpartum. So that an understanding is needed related to the technical instructions for filling out the book Utami, 2010. The purpose of this community service is to conduct training for cadres, then coaching and mentoring will be carried out on cadres when conducting early detection of high risk pregnancies in pregnant women in Mojolangu Village The methods used are training on high-risk pregnancy, how to fill in the Poedji Rohjati Score Card KSPR, MCH Handbook. At the end of the training, an evaluation of the training process and the success of the training will be carried out. The third stage is mentoring for pregnant women cadres by a service team by conducting home visits for pregnant women to carry out early detection of high-risk pregnancies by filling out the KSPR. KSPR Poedji Rohjati Score Card. Assistance for pregnant women with home visits by cadres has been carried out. Providing education about pregnancy by cadres for pregnant women and their families. The availability of facilities and infrastructure used in assisting pregnant women by cadres, namely modules. Keywords — Cadres, Early Detection, High Risk Pregnancy Publisher Politeknik Negeri Jember Managed Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 67 1. Pendahuluan Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 858 ribu ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Angka kematian ibu AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI dapat menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium ke-5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah kematian ibu. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian Kemenkes, 2015 [3]. AKI di Jawa Timur tahun 2012 sebesar 97,43 per kelahiran hidup dan tahun 2013 sebesar 97,39 per kelahiran hidup. Terjadi penurunan AKI pada kedua tahun tersebut akan tetapi tidak signifikan. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kematian ibu. Misalnya dari sisi petugas kesehatan terkait dengan ketrampilan dan kompetensi pelayanan kesehatan. Namun ada pula dari sisi masyarakat yang menyangkut masalah pendanaan, sosial budaya, atau lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini dapat diminimalkan apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu terlalu muda 35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun. Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda <20 tahun sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin Kemenkes RI, 2015[3]. Dalam rangka upaya penurunan AKI dan AKB peran pemerintah sangat berpengaruh dalam penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas serta penyediaan tenaga kesehatan yang terampil di fasilitas kesehatan. Hal ini berpengaruh akan risiko-risiko dan komplikasi yang mungkin muncul menyertai persalinan jika persalinan dilakukan pada fasilitas non faskes/di rumah, keterlambatan dalam perujukan akan terjadi bila akses tempat tinggal pasien jauh dari sarana kesehatan. Untuk itu, perlu adanya integrasi program Making Pregnancy Safer MPS dengan program Gerakan Sayang Ibu GSI yang lebih memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat harus segera dilakukan agar percepatan penurunan AKI dan AKB dapat segera terwujud Fathoni, Rumintang dan Hanafi 2012[1]. Kader merupakan pembawa misi pembangunan kesehatan ditingkat paling bawah. Kader ini adalah kepanjangan tangan dari Puskesmas atau Dinas Kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Seorang kader kesehatan merupakan tenaga sukarelawan yang berasal dari masyarakat yang peduli terhadap kesehatan warga sekitarnya. Sampai saat ini kader kesehatan terkadang menjadi sumber rujukan bagi penanganan berbagai masalah kesehatan. Proses pendampingan memang dilakukan oleh bidan desa, namun demikian dalam menggerakkan masyarakat tidak terlepas dari peran kader sebagai orang yang membawa misi kesehatan serta terdekat dengan masyarakat. Kader kesehatan dikatakan berhasil dalam memfasilitasi proses pemberdayaan apabila diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Oleh karena kader kesehatan itu sebagai fasilitator harus terampil mengintegrasikan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Hambatan yang dialami para kader dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan adalah sebagian besar kader tingkat pendidikan yang masih kurang dan belum mendapatkan pelatihan terhadap tugas-tugas sebagai kader Posyandu secara maksimal Tse, Suprojo dan Adiwidjaja, 2017 [5]. Pengetahuan dan keterampilan kader bukan hanya dapat Publisher Politeknik Negeri Jember Managed Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 68 meningkat tapi juga dapat menurun. Hal ini dapat terjadi karena kader kurang aktif sehingga lupa tentang hal-hal yang telah dipelajari sehingga pengetahuannya menurun. Tingginya nilai pengetahuan dan keterampilan kader dipengaruhi oleh pendidikan formal, kursus kader, frekuensi mengikuti pembinaan, keaktifan kader di Posyandu dan lamanya menjadi kader. Oleh karena itu perlu dilakukan penyegaran, yang dimaksudkan untuk memelihara dan menambah kemampuan kader tersebut Hamariyana, Syamsianah dan Winaryati, 2013 [2] . Peran dari kader posyandu terdiri dari 3 peran utama yakni pelaksana, pengelola dan pengguna. Kader hendaknya lebih memahami penggunaan buku KIA, karena di dalam buku KIA terdapat evaluasi kegiatan dan pelayanan yang telah diberikan. Bagian dalam buku KIA yang harus diisi yaitu penulisan skor deteksi dini, apabila skor ini tidak terisi dengan baik, kemungkinan ibu yang memiliki faktor risiko akan memiliki komplikasi pada masa persalinan dan nifasnya. Sehingga diperlukan pemahaman terkait dengan petunjuk teknis pengisian buku tersebut Utami, 2010 [4] . Pengenalan kemungkinan terjadinya tanda bahaya kehamilan harus secara dini dan ditangani dengan benar oleh kader kesehatan. Apabila kader kesehatan kurang mampu melakukan deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan, maka akan terjadi komplikasi lanjut yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi. Kematian tersebut merupakan dampak komplikasi kehamilan utama yaitu perdarahan, hipertensi, infeksi dan abortus. Banyak kematian neonatal merupakan akibat langsung penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang buruk Rochjati, 2003 dalam Palupi 2013 [4]. Saat ini, jumlah kader pendamping ibu hamil mencapai 740 orang, yakni Ngawi sebanyak 102 orang kader, Sampang 101 orang kader, Pamekasan 102 orang kader, Trenggalek 53 orang kader, Bondowoso 88 orang kader, Situbondo 76 orang kader, Jember 115 orang kader dan Kabupaten Kediri 103 orang kader. Program tersebut sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu di saat hamil dan melahirkan melalui pengenalan pada ibu hamil tentang deteksi dini ibu hamil dengan risiko tinggi kehamilan. Berdasarkan studi awal di Kelurahan Mojolangu ditemukan hasil bahwa jumlah kader sekitar 50 orang, kader kesehatan telah mengikuti pelatihan tetapi dalam melakukan deteksi pada ibu hamil risiko tinggi belum dapat melakukan dengan baik atau belum terlaksana dengan optimal. Oleh karena itu diperlukan pelatihan pada kader dimana selanjutnya akan dilakukan pembinaan dan pendampingan pada kader saat melakukan deteksi dini kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil di Kelurahan Mojolangu. Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan Posyandu di Kelurahan Mojolangu dapat memberikan layanan maksimal bagi ibu hamil dan menjadi Posyandu percontohan bagi Puskesmas yang lain di Kota Malang. Secara keseluruhan diharapkan Kelurahan Mojolangu menjadi lingkungan yang siaga bagi proses kehamilan setiap ibu. 2. Target dan Luaran Luaran dari program ini adalah a. Program pendampingan ibu hamil oleh kader semakin optimal b. Kegiatan rutin selama pendampingan ibu hamil dapat tercatat dan terlaporkan dengan baik sehingga ibu hamil dapat terdeteksi secara dini c. Adanya upaya preventif dan promotif yang lebih optimal dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak. d. Adanya kerja sama antara STIKES Widyagama dengan Kelurahan Mojolangu dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. e. Tersedianya modul untuk pendampingan ibu hamil. f. Artikel ilmiah yang terpublikasi dalam bentuk Jurnal atau Prosiding 3. Metodologi Tahapan Kegiatan Berdasarkan solusi yang ditawarkan dan luaran yang dihasilkan, dibuat rencana kegiatan yang meliputi a. Tahap Pertama Koordinasi dengan Bidan Kelurahan Mojolangu untuk menyepakati jadwal pelatihan bersama dengan kader ibu hamil. Publisher Politeknik Negeri Jember Managed Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 69 b. Tahap kedua, dilakukan pelatihan tentang ● Kehamilan risiko tinggi ● Cara Pengisian Kartu Skor Poedji Rohjati KSPR ● Buku KIA Sebelum dilakukan pelatihan, tahap pertama adalah pemberian pretest dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan Kader tentang kehamilan risiko tinggi dan Kartu Skor Poedji Rohjati KSPR. Setelah pretest, dilanjutkan dengan pemberian materi tentang kehamilan risiko tinggi, Cara Pengisian Kartu Skor Poedji Rohjati KSPR serta buku KIA. Kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi dan latihan Cara Pengisian Kartu Skor Poedji Rohjati KSPR oleh kader dengan pembagian kasus oleh pemateri. Sesi terakhir dilakukan post test untuk mengetahui pengetahuan kader setelah diberikan materi dan pelatihan. Kemudian Kader dibekali Modul tentang kehamilan risiko tinggi dan Kartu Skor Poedji Rohjati KSPR, serta contoh buku kendali kader saat mendampingi ibu hamil. Pelatihan dilakukan selama 1 hari. c. Pada akhir pelatihan akan dilakukan evaluasi terhadap proses pelatihan serta keberhasilan pelatihan. d. Tahap ketiga adalah dilakukan pendampingan terhadap kader ibu hamil oleh tim pelatih selama 1-2 hari dengan melakukan kunjungan rumah ibu hamil untuk melakukan deteksi dini risiko tinggi kehamilan dengan cara mengisi KSPR. Pengadaan Media Sarana Dan Prasarana Sarana dan prasarana yang digunakan dalam program pengabdian masyarakat ini adalah media pelatihan dan pendampingan ibu hamil yaitu modul materi kehamilan risiko tinggi, buku KIA, buku kendali kunjungan kader dengan ibu hamil, laptop, LCD, alat tulis dan map plastik. Proses Evaluasi Pelaksanaan Dan Keberlanjutan Program Program monitoring dan evaluasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk mengetahui kemajuan kemampuan kader dalam melakukan deteksi dini risiko tinggi kehamilan serta untuk mengetahui adanya kesulitan atau hambatan dalam kegiatan ini. Evaluasi dilakukan untuk melihat kemampuan kader sebagai pendamping ibu hamil meliputi kemampuan komunikasi, kedisiplinan melakukan kunjungan rumah serta kemampuan mengisi KSPR guna deteksi dini risiko tinggi kehamilan. 4. Pembahasan Kegiatan Pelatihan Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi Kegiatan pelatihan deteksi dini kehamilan risiko tinggi terhadap kader ibu hamil ini dilakukan melalui beberapa tahapan utama yakni persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Tim pengusul bersama mitra saling berkoordinasi serta memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam setiap tahap kegiatan. Berikut ini merupakan hasil kegiatan yang telah dilakukan tim pengusul bersama mitra dalam setiap tahapnya Tahap Persiapan Proses persiapan dilakukan sejak bulan Juni 2019 melalui koordinasi antara tim pengusul bersama mitra yaitu bidan. Pada tahap ini ketua tim pengusul membuat surat tugas serta melakukan koordinasi internal secara intensif. Tim pengabdi terdiri atas 1 dosen dan 2 mahasiswi Program Studi DIII Kebidanan. Tahap Pelaksanaan Pelatihan yang dilakukan terhadap kader ini sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dan janinnya. Acara Pelatihan Kader Ibu Hamil dihadiri oleh tim pengabdi yang terdiri atas 1 dosen dan 2 mahasiswa. Total jumlah target peserta kegiatan adalah 36 peserta yang dihadiri oleh 34 kader ibu hamil, bidan wilayah, dan ibu lurah. Peserta yang telah melakukan registrasi akan mendapatkan kit kegiatan. Pada sesi pertama acara dibuka oleh MC kemudian sambutan oleh ibu lurah, bidan wilayah dan dosen yang melakukan pengabdian masyarakat. Kemudian dosen yang melakukan pengabdian masyarakat menjelaskan gambaran Publisher Politeknik Negeri Jember Managed Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 70 pelatihan, agenda acara selama pelatihan yaitu dimulai dari pembukaan kemudian sambutan-sambutan. Para kader juga dipersilahkan menyampaikan harapan serta kekhawatiran/ masalah selama pelatihan. Acara berikutnya Fasilitator dan peserta saling memperkenalkan diri, untuk memulai suatu hubungan yang baik selama pelatihan dan proses pengabdian masyarakat ini. Setelah itu diadakan pretest untuk melihat pengetahuan awal kader tentang deteksi dini kehamilan risiko tinggi dengan menggunakan kuesioner mengenai KSPR. Kuesioner berisi tentang persetujuan responden, karakteristik responden serta 20 soal multiple choice tentang Kartu Skor Poedji Rohjati KSPR. Saat mengisi kuesioner, kader sangat antusias karena untuk melihat pengetahuan mereka sebelum diberikan pelatihan. Gambar 1. Pretest dan Pemberian Materi Oleh Dosen STIKES Widyagama dan Bidan Wilayah Acara berikutnya yaitu pemberian materi. Sebelum materi diberikan, para kader diberikan modul terlebih dahulu. Materi yang diberikan adalah tentang definisi deteksi dini skrining, fungsi KSPR, klasifikasi kelompok faktor risiko, diagram skrining, pedoman penyuluhan menuju persalinan aman, cara mengisi KSPR yang disampaikan oleh Dosen STIKES Widyagama Husada. Setelah itu pemberian materi oleh Bidan Wilayah tentang buku kendali kader selama mendampingi ibu hamil. Tujuan pemberian materi ini adalah sebagai pengantar dan peningkatan pengetahuan pentingnya deteksi dini kehamilan risiko tinggi serta tugas dan peran tanggung jawab oleh Kader ibu hamil. Dalam pemberian materi, peserta yang mayoritas dihadiri oleh Kader ibu hamil sangat antusias dan aktif bertanya seputar kehamilan dan cara deteksi dini menggunakan KSPR. Untuk memantapkan kemampuan kader dalam mengisi KSPR, setelah pemberian materi, kader diberikan soal latihan kasus secara individu, kemudian kader mengisi KSPR sesuai kasus tersebut. Kader sangat antusias dalam mengisi KSPR. Namun ada beberapa kesulitan saat mengisi seperti belum tepatnya isian dalam kolom trimester kehamilan, mengisi skor masuk ke dalam kelompok risiko. Nilai rata-rata pengisian KSPR oleh kader sebagai bentuk latihan ini adalah 80. Gambar 2. Kader Latihan Mengisi KSPR Acara berikutnya yaitu dilakukan post test dengan menggunakan kuesioner yang sama saat pretest untuk mengukur pengetahuan kader ibu hamil dalam melakukan deteksi dini kehamilan menggunakan KSPR setelah diberikan materi dan latihan pengisian KSPR. Setelah dilakukan analisa, ada kenaikan nilai rata-rata mean pengetahuan ibu-ibu kader sebelum dan sesudah pelatihan. Nilai mean sebelum pelatihan adalah 75,00 sedangkan nilai mean sesudah pelatihan adalah 84,23, terjadi peningkatan nilai mean yaitu 9,23. Tabel 1. Peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan Pengetahuan Mean Beda Mean Sebelum Sesudah 75,00 84,23 9,23 Di akhir kegiatan pelatihan, dilakukan evaluasi terhadap pelatihan yang telah dilakukan yaitu berupa pengulangan kembali dan menyimpulkan secara singkat materi yang telah didapat dengan cara setiap kader menyampaikan persepsi terhadap materi yang telah mereka pahami. Beberapa demonstrasi mengisi KSPR juga dilakukan kembali agar kader mereview dan Publisher Politeknik Negeri Jember Managed Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 71 mengingat langkah-langkah dalam mengisi KSPR. Kunjungan rumah dilakukan sesuai jadwal yang sudah disepakati. Kunjungan rumah pada ibu hamil dilakukan oleh tim pengabdi dan kader. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pendampingan oleh tim pengabdi kepada kader. Selama kunjungan rumah, kader mampu mengisi lembar KSPR dengan baik. Artinya, meskipun terjeda waktu antara pelatihan dan kunjungan rumah, kemampuan kader tetap baik dalam mengisi KSPR. Hal ini dikarenakan Kader sering mempraktikkan pengisian KSPR saat mendampingi ibu hamil di wilayahnya. Sehingga dapat disimpulkan dengan pelatihan, pembinaan dan pendampingan kader oleh bidan, dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam mengisi KSPR. Gambar 3. Kunjungan Rumah Ibu Hamil Oleh Kader dan Tim Pengabdi 5. Kesimpulan Simpulan a. Pelatihan bagi kader ibu hamil tentang cara deteksi dini risiko tinggi kehamilan dengan menggunakan KSPR Kartu Skor Poedji Rohjati. b. Pendampingan ibu hamil dengan kunjungan rumah oleh kader. c. Pemberian edukasi tentang kehamilan oleh kader untuk ibu hamil dan keluarga. d. Tersedianya sarana dan prasarana yang digunakan dalam pendampingan ibu hamil oleh kader yaitu modul. Saran Kader pendamping ibu hamil diharapkan dapat melakukan tugasnya sebagai pendamping ibu hamil dengan baik dan terjadwal serta dapat melaporkan hasil pendampingan secara rutin kepada bidan wilayah. 6. Daftar Pustaka [1] Fathoni, A., Rumintang, BI., Hanafi, F. 2012. Peran kader dalam deteksi dini kasus Risiko Tinggi Ibu Hamil dan Neonatus. Jurnal Kesehatan Prima, 62 [2] Hamariyana., Syamsianah A., dan Winaryati E. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Lama Kerja Dengan Ketrampilan Kader Dalam Menilai Kurva Pertumbuhan Balita di Posyandu Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari Kota Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, 21 [3] Kemenkes RI, 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. JakartaKemenkes RI diunduh dari [4] Palupi, FH., Fakhidah, LN dan Utami U. 2013. Tingkat pengetahuan kader kesehatan Tentang tanda bahaya kehamilan di desa Bolon kecamatan Colomadu. Jurnal KesMaDaSka, 41 [5] Saraswati, DE dan Hariastuti, FP. 2017. Efektifitas Kartu Skor Poedji Rochjati KSPR untuk mendeteksi Resiko Tinggi pada ibu hamil di Puskesmas Ngumpakdalem Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA 51 ... Hasil pengabdian masyarakat lain, setelah diberikan materi dan latihan pengisian KPSP menunjukkan ada kenaikan nilai ratarata mean pengetahuan ibu-ibu kader sebelum dan sesudah pelatihan. Nilai mean sebelum pelatihan adalah 75,00 sedangkan nilai mean sesudah pelatihan adalah 84,23, terjadi peningkatan nilai mean yaitu 9,23 Rufaindah, 2021. Kegiatan pengabdian masyarakat di Kota Malang melalui pemberian edukasi dapat meningkatkan berat badan antara 100-600 gram, hampir seluruhnya perkembangan anak sesuai dengan usia, satu anak masih meragukan, seluruh anak tidak ditemukan telur cacing. ...Susilo DamariniLusi AndrianiElly WahyuniSahran SahranChildren under five years old is a member of the family that required special attention from their parents or people close to him and depend on their physically or emotion. The low ability of children is due to the lack of activities that can stimulate motor abilities children in Sukaraja Subdistrict, Seluma Regency, Bengkulu Province, including the stunting locus. The Purpose of this community services is empower cadres in improving skill of family toddlers do stimulation and children development in early detection. Methods empowerment with cassistance cadres do detection children development. The number of cadres sarimulyo 15 cadres in the village, the number of under fives 140 and BP2 villages is 6 cadres of toddlers 123. Assistance is 3 times, pre-test pos-test and knowledge, cadres assessed children development in each village. Result knowledge of the cadres in the village sarimulyo increase 61,6 village and BP2 increase 50%, while the result of children under five from the development by cadres BP2 village use KPSP had found 2,4% of the children, doubt children development 4,1%, and of the children in accordance with their age. Sarimulyo village had found 3,5% of the children risk of deception, doubt children development 17,8% and development in accordance 78,5% their age. Conclusion Improvements to the assistance early detection is of great benefit to the toddler to recognize children development. ABSTRAK Anak usia bawah lima tahun merupakan anggota keluarga yang memerlukan perhatian khusus dari orang tuanya atau orang yang dekat dengannya dan sangat tergantung baik secara fisik maupun emosi. Rendahnya kemampuan anak disebabkan kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik anak. Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu termasuk lokus stunting. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat memberdayakan kader dalam meningkatkan kempuan keluarga balita melakukan stimulasi dan deteksi dini perkembangan anak. Metode pemberdayaan dengan pendampingan kader melakukan deteksi perkembangan balita. Jumlah kader di Desa Sarimulyo 15 kader, jumlah balita 140 dan di desa BP2 ada 6 kader dengan jumlah balita 123. Pendampingan dilakukan 3 kali, pre-tes dan pos-tes pengetahuan, kader melakukan penilaian perkembangan anak di desa masing-masing. Hasil kegiatan menunjukan pengetahuan kader tentang perkembangan di Desa Sarimulyo meningkat 61,6% dan Desa Bukit Peninjauan 2 meningkat 50%, sedangkan hasil dari penilaian perkembangan anak balita oleh kader di Desa BP2 menggunakan KPSP ditemukan anak mengalami penyimpangan 2,4% anak, perkembangan yang meragukan 4,1% anak dan anak sesuai dengan usia. Desa Sarimulyo ditemukan 3,5% anak kemungkinan penyimpangan, 17,8% anak perkembangan meragukan dan 78,5% anak perkembangan sesuai umur. Kesimpulan Pendampingan deteksi dini perkembangan terhadap kader sangat bermanfaat bagi keluarga balita guna mengenali perkembangan Endah SaraswatiFela Putri HariastutiABSTRAKKehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Kematian ibu dapat dicegah jika kita dapat melakukan deteksi dengan baik, salah satu alat unuk mendeteksi resiko tinggi ibu hamil adalah dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati KSPR. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Efektifitas Kartu Skor Poedji Rochjati KSPR untuk deteksi resiko tinggi pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ngumpakdalem Kabupaten penelitian kohord retrospektif dengan menggunakan data sekunder. Penelitian dilakukan bulan Mei – Agustus 2017 di Puskesmas Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil pada tahun 2016 sebanyak 505 ibu, sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total penelitian terdapat ibu hamil dengan resiko rendah KRR sebanyak 312 61,8%, dengan kehamilan resiko tinggi KRT sebanyak 175 34,6%, dan dengan kehamilan resiko sangat tinggi KRST sebanyak 18 3,6%, responden dengan jumlah skor 2 sebanyak 312 61,2%, skor 6 sebanyak 116 23%, skor 10 sebanyak 59 11,7%, skor 14 sebanyak 17 3,4%, dan skor 18 sebanyak 1 0,2%. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p value 0,001 yang berarti kartu Skor Poedji Rochjati KSPR efektif untuk deteksi resiko tinggi pada ibu Skor Poedji Rochjati KSPR efektif untuk deteksi resiko tinggi pada ibu hamil, tetapi kehamilan tanpa resiko tetap perlu diberikan asuhan secara komprehensif karena resiko kehamilan dapat berubah seiiring waktu kehamilan dan persalinan. Kata Kunci Efektifitas, KSPR, Resiko Tinggi, Ibu Hamil ABSTRACTPregnancy, childbirth, childbirth and newborn in the process there is the possibility of a situation that can be life-threatening mother and baby can even cause death. Maternal deaths can be prevented if we can perform a good detection, one tool to detect high risk pregnant women is by using the Card Score Poedji Rochjati KSPR. The purpose of this research is to know the effectiveness of Rochjati Poedji Score Card KSPR for high risk detection in pregnant women in Ngumpakdalem District Health Center of Bojonegoro of retrospective cohort studies using secondary data. The study was conducted in May - August 2017 at Ngumpakdalem Health Center, Dander Sub-district, Bojonegoro District. The population in this study is all pregnant women in 2016 as many as 505 mothers, the sample in this study using total population results of the study were low-risk pregnant women KRR of 312 with a high-risk pregnancy and with a very high risk of pregnancy KRST of 18 3, 6%, respondents with score of 2 as many as 312 score of 6 as much as 116 23%, score of 10 as much 59 score 14 as 17 and score of 18 as much as 1 Chi Square test results obtained p value which means the card Score Poedji Rochjati KSPR effective for high risk detection in pregnant Poedji Rochjati KSPR Score Card is effective for high risk detection in pregnant women, but non-risk pregnancies need to be given comprehensive care because the risk of pregnancy may change over time of pregnancy and delivery. Keywords Effectiveness, KSPR, High Risk, Pregnant MotherPeran kader dalam deteksi dini kasus Risiko Tinggi Ibu Hamil dan NeonatusA FathoniB I RumintangF HanafiFathoni, A., Rumintang, BI., Hanafi, F. 2012. Peran kader dalam deteksi dini kasus Risiko Tinggi Ibu Hamil dan Neonatus. Jurnal Kesehatan Prima, 62Hubungan Pengetahuan dan Lama Kerja Dengan Ketrampilan Kader Dalam Menilai Kurva Pertumbuhan Balita di Posyandu Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari Kota SemarangHamariyanaA SyamsianahE Dan WinaryatiHamariyana., Syamsianah A., dan Winaryati E. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Lama Kerja Dengan Ketrampilan Kader Dalam Menilai Kurva Pertumbuhan Balita di Posyandu Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari Kota Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, 21Tingkat pengetahuan kader kesehatan Tentang tanda bahaya kehamilan di desa Bolon kecamatan ColomaduF H PalupiFakhidahU Dan UtamiPalupi, FH., Fakhidah, LN dan Utami U. 2013. Tingkat pengetahuan kader kesehatan Tentang tanda bahaya kehamilan di desa Bolon kecamatan Colomadu. Jurnal KesMaDaSka, 41
kunjungan rumah ibu hamil